BIODATA
Data Personal
Nama : Mochammad Fachrudin
Panggilan : Udin
Jenis
kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Tempat,tanggal
lahir : Malang,20 November 1964
Agama : Islam
Alamat : Jl.Bendul Merisi Selatan
III/60 Surabaya
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan
Pendidikan
terakhir : Sarjana(S-1)
Pekerjaan
Pekerjaan
saat ini : Pegawai Bank Jatim
BIOGRAFI
Nama ayahku, Mochammad
Fachrudin. Lebih akrab dipanggil Udin. Beliau lahir pada 20 November 1964 di
kota Malang, Jawa Timur. Bagi saya beliau adalah orang yang memiliki jiwa
kepemimpinan yang sangat bagus. Seperti kata orang lain, beliau termasuk orang
yang agamis serta humoris. Tetapi, beliau tahu dimana ia harus bercanda dan
dimana ia harus serius. Beliau tidak hanya unggul di pekerjaannya, tetapi bagi
saya beliau unggul di kehidupan saya. Karena, tanpa adanya beliau saya tidak
akan bisa hidup seperti ini.
Sejak
kecil, beliau terbiasa hidup mandiri dengan keluarga besar yang sederhana. Disebut
keluarga besar, karena beliau mempunyai 6 saudara. Kedua orang tua beliau
termasuk aktif dalam mengikuti organisasi. Ayah beliau adalah seorang yang
tegas dalam mendidik anak-anaknya. Ayah beliau pernah menjabat sebagai Ketua
HW, serta sebagai DPR di kota Malang. Ibu beliau adalah seorang organisatoris,
yang aktif dalam organisasi Aisiyah. Karena keaktifannya tersebut, ibu beliau
pernah menjabat sebagai ketua di organisasi tersebut.
Ketika
beliau selesai SMA, beliau memilih untuk melanjutkan kuliah di ITB. Sehingga,
beliau harus tinggal berpisah dari kedua orang tuanya. Ayah beliau tidak pernah
lupa untuk mentransfer uang pada beliau, untuk membayar biaya kuliahnya.
Tetapi, karna sewaktu kuliah beliau mempunyai kebutuhan yang lebih dari itu.
Pada akhirnya, beliau pun bekerja sebagai supir taksi. Yang dimana penghasilan
yang didapat, cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga disamping statusnya
sebagai pelajar, dia juga sebagai supir taksi. Setelah lulus, beliau pun meninggalkan
pekerjaan supir taksinnya. Dan melamar kerja di sebuah bank, yang bernama Bank
Jatim.
Setelah
diterima di Bank tersebut, beliau bertemu dengan sesosok wanita. Pertama beliau
dipertemukan, karena ayah dari wanita tersebut juga DPR di kota Surabaya. Tidak
lain tidak bukan, wanita tersebut adalah
ibu saya. Mereka pun menikah, dan mempunyai 2 anak yang duduk di bangku SMA.
Seperti kedua orang tua
beliau, beliau juga seorang organisatoris. Di tempat kerjanya, beliau menjadi
ketua/Ta’mir masjid. Tetapi, ketika beliau di pindah di kantor yang bertempat
di Lawang, ia terpaksa harus meninggalkan itu. Tidak hanya sebagai Ta’mir
masjid, beliau juga aktif dalam kegiata-kegiatan yang lain. Bahkan, beliau
sering kali menjadi ketua hampir diseluruh kegiatan. Beliau pernah menjadi
pengisi dalam kegiatan training yang bertujuan membagi ilmu yang telah didapatkan,
sekaligus menguji bawahan-bawahannya.
Disamping keunggulan di
pekerjaannya, beliau juga unggul dalam keluarga kecilnya. Beliau juga bersikap
tegas dalam mendidik anak-anaknya. Beliau selalu mengajarkan disiplin kepada
anak-anaknya. Belau termasuk sosok ayah yang sabar dalam menghadapi berbagai
macam cobaan di hidup ini. Sehingga beliau masih bisa melanjutkan hidupnya
sampai saat ini.
ALASAN
MENGAPA MENGIDOLAKAN?
Alasan saya
mengidolakan ayah saya, karena saya kagum dengan apa yang telah beliau lakukan
dan dapatkan. Saya ingin menjadi seperti beliau, sebagai seorang yang agamis,
humoris, serta organisatoris. Tetapi beliau selalu menuntut saya untuk menjadi
seorang yang lebih dari beliau. Padahal, menjadi seperti beliau saja bagi saya
itu sudah sangat bagus. Sehingga, saya harus menjadi lebih dari sangat bagus.
Saya juga ingin menjadi
seperti beliau yang sabar, tidak pernah putus asa dalam menghadapi berbagai
macam cobaan hidup. Bahkan, terus berjuang sampai pada akhirnya menuju
kesuksesan. Karena, bagi saya “Kegagalan adalah Kesuksesan yang tertunda”.
Sehingga, dengan keuletan dan kegigihan yang saya miliki, saya pasti akan bisa
lebih dari beliau. Saya ingin berkarir lebih tinggi dari beliau. Tidak hanya
kebahagiaan di dunia ini yang ingin saya raih, karena semua orang pun tahu
bahwa “Kebahagiaan di dunia ini hanyalah kebahagiaan semata”. Jadi, saya ingin
mendapatkan kebahagiaan yang seelama-lamanya yaitu di Surga Allah kelak.
Tidak ada kebahagiaan
yang sempurna di dunia ini. Karena, kesempurnaan hanya milik Allah semata.
Sehingga, tanpa ada doa yang mengiringi setiap usaha kita. Maka tidak ada pula
ridho yang Allah berikan dalam setiap usaha kita. Begitu pula sebaliknya,
apabila tidak ada usaha untuk mewujudkan apa yang kita mau, maka tidak ada pula
ridho dari Allah SWT.
---------------------------SEKIAN DAN TERIMAKASIH---------------------------
0 comments:
Post a Comment